Kongres Aksara Jawa (KAJ) I di Yogyakarta resmi dibuka oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sultan Jogja itu berharap bahasa dan aksara Jawa bisa tetap hidup dan digunakan, serta mampu bangkit kembali dari tidur panjangnya.
Apa yang disampaikan Sultan, turut diiyakan oleh Legislator NasDem dari Kabupaten Sleman, Ismi Sutarti. Baginya, penyelenggaraan Kongres seperti momentum kebangkitan aksara Jawa yang nyaris tenggelam ditelan gegap gempita zaman.
“Ini momentum kebangkitan aksara Jawa disaat banyak anak muda yang bisa dikatakan saat ini tidak ada yang mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Maka eksistensi aksra Jawa haruslah menjadi tanggung jawab kita semua,” kata Ismi.
Sebagai warga asli Yogyakarta, Ismi berharap bahasa dan aksara Jawa diajarkan kembali dalam kurikulum sekolah. Pelestarian melalui lembaga pendidikan, lanjut Ismi, akan menghidupkan aksara Jawa dalam keseharian kalangan pemuda.
“Dalam rangka nguri-uri kebudayaan jawa, saya berharap bahasa dan aksara jawa menjadi muatan lokal yang wajib diajarkan dalam sekolah. Upaya ini juga dapat pengingkatan minat baca-tulis aksara Jawa,” kata wakil rakyat dari Dapil V Sleman, Kecamatan Mlati dan Gamping itu.
Dalam pembukaan kongres, Sultan HB X juga menyebut fenomena kepunahan bahasa daerah terjadi karena banyak faktor, di antaranya penurunan drastis jumlah penutur aktif. Hal ini juga termasuk penggunaannya yang kian berkurang.
Sebelumnya sejak tahun 2013 berbagai upaya menghidupkan aksara Jawa dilakukan termasuk menuliskan aksara Jawa untuk nama setiap kantor, serta penggunaan busana dan bahasa Jawa di kantor-kantor pemerintahan setiap Kamis-Pahing. (NK).