Anggota DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Christina Ari Retnaningsih menyampaikan pentingnya peran perempuan di parlemen. Kehadiran anggota parlemen perempuan akan memberikan warna dan pengaruh untuk kebijakan pro perempuan, ibu dan anak.
“Perempuan perlu terus berkiprah di politik. Bukan sekedar pelengkap semata, melainkan untuk memastikan lahirnya kebijakan yang benar-benar diharapkan, yang memberdayakan, dirasakan, dan berkontribusi nyata untuk kemajuan perempuan,” kata Christin, sapaan akrabnya dalam seminar “Peran Perempuan Dalam Politik” di Kantor DPRD DIY. Selasa (18/06).
Menurut legislator Partai NasDem dari Dapil Gunungkidul itu, keterwakilan perempuan harus sejalan dengan amanat dari Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan atau Convention on The Eliminations of all Forms of Discrimination against Women (Konvensi CEDAW) PBB. Keterwakilan perempuan paling sedikit 30 persen juga amanat Konstitusi dan UU Pemilu.
Saat ini keterwakilan perempuan di DPRD DIY tergolong rendah. Kuota perempuan baru tercapai 16 persen dari target minimal 30 persen. Ia membutuhkan banyak perempuan untuk menduduki kursi legislatif.
“Penting sekali untuk mencapai angka 30% di legislatif agar seluruh kebijakan berimbang dan berpihak pada kaum perempuan. Saya di DPRD DIY butuh banyak teman perempuan. Semakin banyak semakin kuat untuk membuat program-program pemberdayaan perempuan,” tambahnya.
Dalam seminar ini, ia menghadirkan para Calon Legislatif (Caleg) perempuan dari berbagai partai politik yang gagal terpilih pada Pemilu 2024. Ia juga mendatangkan narasumber dari unsur praktisi dan akademisi untuk memberikan dorongan moral agar eks caleg tersebut tidak menyerah berjuang di jalur politik.
“Saya ingin para perempuan tidak patah arang meski kemarin gagal terpilih. Kita harus tetap optimis menatap Pemilu 2029. Seorang pejuang tidak boleh ‘nglokro’ atau mudah patah semangat,” Kata Christina yang juga anggota Kaukus Perempuan parlemen (KKP) itu.
Christin akan terus berjuang di jalur sosial – politik. Setidaknya dengan seminar politik ini, partisipasi perempuan dalam dinamika politik semakin tinggi. Ia juga berharap kaum perempuan lebih berani membuktikan diri untuk bisa memimpin di institusi politik, serta bisa memperjuangkan aspirasi masyarakat luas.
“Titik terbaik demokrasi adalah ketika kita sebagai perempuan bisa memenuhi angka 30% di parlemen. Kalau bisa lebih. Ini bukan soal kuantitas, tetapi kita butuh suara perempuan yang lebih banyak. Apalagi di jogja banyak sekali organisasi perempuan, ini harus menjadi semangat kita semua,” pungkasnya. (IS).