Ketua DPW Partai NasDem DIY yang juga anggota Fraksi Partai NasDem DPR RI, Subardi menggelar sekolah kader untuk menyongsong Pemilu 2024. Kesiapan para kontestan pemilu sangat menentukan kualitas pesta demokrasi lima tahunan itu.
Subardi mengatakan, sebanyak 21 ribu kader Partai NasDem se-DIY akan mengikuti program tersebut. Sekolah kader bekerja sama dengan praktisi pemilu, akademisi, lembaga survei dan kalangan jurnalis. Kegiatan itu akan digelar bertahap hingga pertengahan 2023. Seluruh peserta akan dilatih komunikasi publik, pendidikan politik, pemetaan suara dapil, strategi kampanye, pelatihan saksi pemilu, hingga pengawalan hasil suara pemilu.
“Pada Oktober ini kader NasDem perwakilan dari lima kabupaten/kota seluruh DIY mulai mengikuti sekolah kader. Kita ingin ada perbaikan kualitas pemilu. Bagi saya itu harus dimulai dari internal partai,” kata Subardi saat membuka sekolah kader di Seturan, Sleman, DIY, Rabu (12/10).
Menurut anggota Komisi VI DPR RI itu, sekolah kader akan mencetak kader NasDem yang paham dinamika kontestasi politik, termasuk strategi pemenangan pemilu. Pelaksanaan sekolah kader juga penting sebagai wadah penanaman ideologi partai dan manajemen organisasi.
Sebagai partai modern, NasDem memastikan proses kaderisasi adalah unsur fundamental yang harus dipenuhi. Menurut Subardi, pembentukan kader yang visioner tidak bisa instan. Proses kaderisasi dan pendidikan politik harus dilakukan berkelanjutan.
“NasDem tidak memilih cara-cara instan. Sekolah kader ibarat laboratorium yang akan mencetak kader bermutu. Jadi kita siapkan dari sekarang,” urai Mbah Bardi, sapaan akrabnya.
Subardi menjelaskan, manfaat lainnya dari sekolah kader adalah adanya ikatan ideologi antar kader NasDem. Ikatan tersebut akan turut membangun party-identification (identifikasi kepartaian) atau kedekatan antara masyarakat dengan partai.
Selama ini, tambah Mbah Bardi, persoalan rendahnya party id dianggap menjadi faktor rendahnya kualitas pemilu. Tanpa kedekatan tersebut, masyarakat mudah tergiring opini liar, mudah terprovokasi, dan marak terjadi politik hitam. Rendahnya party id juga memicu tingginya politik uang. Tanpa adanya kedekatan, kontestan pemilu harus membeli suara dengan harga mahal. Pada akhirnya, persaingan pemilu akan ditentukan oleh tingginya jual beli suara.
Menurut Subardi, berbeda halnya apabila antarkader dan masyarakat memiliki ikatan ideologi yang kuat. Dukungan kepada partai akan tumbuh. Ada mekanisme suka rela dan antusias dari masyarakat untuk menyukai, kemudian memilih partai. Subardi mengatakan, NasDem akan mencapai kondisi ideal itu dengan menggelar kaderisasi dan melibatkan seluruh komponen partai.
“Sebagai kontestan pemilu, tentu saya ingin membangun politik yang mencerdaskan. Caranya bagaimana? Ya cetak kualitas kader dulu agar memiliki ikatan ideologi, menjadi kader bermutu, baru kita wujudkan kualitas pemilu,” urai Subardi.
Peserta dari sekolah kader terdiri dari pengurus struktural dari DPW hingga ke tingkat ranting. Ada pula peserta dari rekrutmen baru dan sejumlah bakal calon legislatif. Kehadiran sekolah partai ini akan membuat kader NasDem menjadi kader yang memiliki idealisme politik dan nalar kebangsaan.
“Jadi sekolah kader ini akan melatih kader NasDem menjadi profesional, idealis, memiliki standar moral, dan bernalar kebangsaan. Melalui sekolah kader, NasDem akan memiliki tradisi intelektual, bukan konfliktual,” terang Subardi.
Dengan persiapan itu, DPW Partai NasDem DIY lebih optimistik menatap kemenangan Pemilu 2024. Ikatan ideologi kepartaian akan semakin kuat. Kader NasDem akan menjadi ujung tombak demokrasi partisipatif antara partai dengan masyarakat. Kesiapan partai akan membuat ruang publik menjadi sehat dan terdidik. (NK).