25.5 C
Yogyakarta
Sabtu, Juli 27, 2024

Makam BPH Murdaningrat, Situs Sejarah yang Tersembunyi

Padukuhan Nglengkong, Kalurahan Sumberejo, Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman memiliki potensi wisata sejarah. Disitu terdapat makam Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Murdaningrat. Seorang pangeran utusan Sri Sultan Hamengku Buwono V yang gugur saat hendak menemui Pangeran Diponegoro.

Anggota DPR RI Subardi menyempatkan ziarah ke makam BPH Murdaningrat disela kunjungannya menyerap aspirasi di Padukuhan Nglengkong. Ia didampingi lurah, tokoh masyarakat dan Widi Sutikno selaku Anggota DPRD DIY dari F-NasDem Dapil Sleman. Menurut Subardi, makam BPH Murdaningrat adalah situs sejarah yang menghubungkan antara Kraton Ngayogyakarta dengan Pangeran Diponegoro.

“Ini situs bersejarah yang wajib dilestarikan. Dari makam ini kita bisa melihat sejarah hubungan Kraton Ngayogyakarta dengan Pangeran Diponegoro. Beliaulah penghubungnya bahkan disaat perang sekalipun,” kata Subardi, Sabtu, (12/3).

Berdasarkan sumber sejarah yang diketahui tokoh masyarakat Nglengkong, BPH Murdaningrat diutus Sri Sultan HB V untuk menemui Pangeran Diponegoro. Ia membawa misi dukungan politik kepada Diponegoro yang saat itu sedang berperang melawan Belanda. Tetapi, versi lain mengatakan BPH Murdaningrat membawa surat kepada Diponegoro agar mengakhiri perang karena korban sudah banyak. Saat itu, perang Diponegoro (1825 -1830) bermula di Yogyakarta dan meluas ke banyak daerah di pulau Jawa.

Dalam misi menuju Pangeran Diponegoro, BPH Murdaningrat singgah di Nglengkong. Ia bertemu komandan pasukan Belanda, Letnan J.B. Haubert. Pertemuan itu kemudian diketahui mata-mata Pangeran Diponegoro. Atas laporan tersebut, Pangeran Diponegoro memerintahkan pasukannya menyerang Letnan J.B. Haubert.

Serangan mendadak itu berhasil menewaskan J.B. Haubert dan seluruh pasukannya. Namun, BPH Murdaningrat turut menjadi korban. Oleh pasukan Diponegoro, ia dimakamkan di lokasi dengan penghormatan tinggi serta bangunan makam yang dikhususkan untuk menghormatinya.

“Saat di dalam, saya baca catatan sejarahnya. Saya lihat sanadnya jelas. Beliau merupakan Pangeran utusan Kraton yang gugur saat perang. Peristiwa tersebut terjadi pada September 1826,” kata Subardi didampingi juru kunci makam.

Makam BPH Murdaningrat sering dikunjungi oleh masyarakat umum. Namun akses jalan dan fasilitas makam belum mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Kepada Subardi, masyarakat Nglengkong berharap pembangunan komplek makam berikut aksesnya.

Subardi bersama Widi Sutikno akan mengusulkan makam BPH Murdaningrat menjadi obyek wisata. Pembangunan ini rencananya akan dimulai dengan desain kawasan, pembangunan jalan, arah petunjuk jalan, hingga fasilitas lainnya. Usulan ini akan dimasukkan ke dalam program aspirasi Subardi.

“Tadi masyarakat menyampaikan aspirasinya agar ada pembangunan di komplek makam termasuk aksesnya. Ini bisa didesain menjadi wisata sejarah sekaligus wisata religi,” pungkas Ketua DPW NasDem DIY itu. (IS-NK).

Subardi (baju putih) bersama dukuh, juru kunci makam dan masyarakat meninjau akses menuju makam yang belum memadai.

Related Articles

- Advertisement -spot_img

Latest Articles