24.3 C
Yogyakarta
Sabtu, Desember 14, 2024

Tukimin Sulap Gedebok Pisang Jadi Barang Ekspor

Pembuat kerajinan tangan asal Dusun Tanggulangin, Tanjungharjo, Nanggulan, Kulonprogo, mampu menyulap gedebok pisang atau serat dari batang pisang menjadi barang bermutu. Adalah Tukimin, pria 63 tahun itu menekuni profesi sebagai penganyam serat alam, khususnya gedebok pisang. Sejak tahun 1996 kini produknya semakin luas bahkan tembus sebagian pasar Asia, Amerika, maupun Eropa.

Menurut Tukimin, serat gedebok memiliki tekstur berbeda dibanding serat alam lain. Serat gedebok lebih kuat dan lentur. Mengolah gedebok pisang mulanya perlu dikeringkan dengan cara dijemur selama beberapa hari. Hasil serat gedebok kemudian dianyam sedemikian rupa sehingga menghasilkan produk kerajinan, seperti tas, keranjang, dan furnitur rumah tangga. Agar kuat, anyaman serat dilem dan diikat dengan benang. Tukimin juga menggunakan cat pemoles yang sesuai dengan standar negara tujuan ekspor.

”Tampilan serat gedebok pisang umumnya kusam. Saya menggunakan cat pernis berbahan dasar air dan sudah memenuhi standar keamanan internasional,” kata Tukimin di galeri miliknya, Senin (2/1/2023).

Kreativitas Tukimin mengundang respon positif dari Anggota DPR RI Subardi. Mbah Bardi, sapaan akrabnya, mengunjungi galeri Tukimin di Tanggulangin. Ia kagum dengan semangat juang Tukimin yang memberdayakan masyarakat sekitar dengan memanfaatkan potensi alam menjadi barang bernilai ekonomi. Sebagai bentuk dukungan moril, Subardi yang kenal Tukimin sejak puluhan tahun lalu akan menggandeng mitra kerjanya di Komisi VI DPR RI untuk memperluas pasar ekspor produksinya.

“Saya punya akses di beberapa mitra kerja, apalagi Komisi VI bersama Pemerintah telah meratifikasi perjanjian ekspor impor dengan Inggris, Timur Tengah, Australia dll. Peluangnya besar dan ini memang perlu pendampingan,” kata Subardi.

Legislator asal Sleman itu berharap saat Bandara Yogyakarta Internasional Airport memperluas penerbangan internasional, Pemerintah bisa membuka akses langsung para pelancong asing untuk berkunjung ke sentra produksi di Tanggulangin. Peluang ini akan membantu meningkatkan perekonimian lokal, terutama bagi para pengrajin sebagai sentra industri kreatif.

“Saya berharap ada akses khusus dari bandara untuk melihat dapur produksi disini. Untuk mencapai itu perlu sinergi baik pemerintah Kabupaten, Provinsi dan Pusat. Kualitasnya sudah bagus, kapasitas produksinya bisa ditingkatkan, sehingga menjadi sektor ekonomi unggulan di Kulonprogo,” jelas Ketua DPW NasDem DIY itu.

Tukimin mengisahkan perjuangannya merintis usaha ini tidak langsung berjalan mulus. Sejak tahun 1996, ia mencoba pemasaran ke lokal sekitar Kulonprogo kemudian merambah ke Malioboro. Dari Malioboro lalu berkembang ke Bali. Produksinya perlahan dilirik agen-agen eksportir sehingga bisa menembus pasar ekspor.

Jumlah pegawai Tukimin yang awalnya hanya 20 orang, saat ini mempekerjakan 50 hingga 100 orang tergantung pesanan. Sementara bahan baku gedebok pisang didapatkan dari petani lokal. bila pesanan banyak, Tukimin mendatangkan suplai dari daerah lain di Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Tukimin optimistis, dengan dukungan dari Subardi kerajinan serat gedebok pisang memiliki prospek cerah. Terlebih negara tujuan ekspor menyukai produk-produk yang ramah lingkungan.

“Konsumen sekarang sudah jeli, sudah tahu produk kerajinan tangan berkualitas. Kalau di luar negeri mudah diterima karena produksi disini ramah lingkungan. Harapan saya, semoga dukungan Mbah Bardi bisa mengangkat merk kerajinan dari Tanggulangin Kulonprogo lebih maju lagi,” pungkas Tukimin. (NK)

Subardi (tengah) bersama Tukimin (kanan) dan Landung, warga Kulonprogo (kiri).

Related Articles

- Advertisement -spot_img

Latest Articles