Sekretaris Wilayah Partai NasDem Yogyakarta Suharno merayakan hari lahir Pancasila pada tanggal 1 Juni 2021 dengan sosialisasi kepada guru se-Kepanewon Ponjong, Gunungkidul, Selasa (1/6). Di hadapan para pendidik, Suharno mengurai peran Presiden pertama RI Soekarno sebagai penggali sekaligus perumus Pancasila pada tanggal 1 Juni 1945. Ia juga menjelaskan dari asepek sejarah, bagaimana Pancasila diterima oleh seluruh golongan karena asas persatuan Indonesia.
“Istilah Pancasila untuk pertama kalinya diperkenalkan kepada Republik ini oleh Bung Karno dalam sidang BPUPKI, dan diterima secara aklamasi pada tanggal 1 Juni 1945. Meski ada dinamika dalam revisi teksnya, Pancasila akhirnya resmi menjadi dasar negara dan tidak akan berubah selamanya,” kata Wakil Ketua DPRD Gunungkidul itu.
Fakta sejarah mendasari peringatan hari lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni melalui Keputusan Presiden No. 24 Tahun 2016. Gagasan Soekarno tentang lima dasar bagi Indonesia merdeka itu sesungguhnya merupakan panduan bagi bangsa ini untuk mencapai cita-citanya. Politisi flamboyan itu juga menilai, muatan Pancasila merupakan jalan kesejahteraan bagi Indonesia.
“Pancasila merancang konsep Indonesia sebagai negara kesejahteraan (welfare state) dengan cara gotong-royong. Prinsip ini dituangkan dalam alinea ke IV UUD 1945, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta memajukan kesejahteraan umum,” urainya.
Kepada para peserta sosialisasi, Suharno sempat bertanya, apa makna ajaran Pancasila sebagai pemandu mencapai tujuan negara kesejahteraan? Jawabannya adalah prinsip gotong-royong.
“Prinsip gotong-royong adalah komitmen bersama segenap bangsa. Pemerintah dan rakyat tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Dalam hal ini pemerintah yang mengurus perekonomian, rakyat yang berpartisipasi sekaligus mengawasi jalannya pemerintahan,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu ia juga meminta para guru membumikan Pancasila dalam seluruh bidang kehidupan bermasyarakat.
“Mengajak dan membumikan nilai Pancasila agar tidak ada kesenjangan antara idealitas dan realitas. Itu bisa dibudayakan oleh para pendidik melalui pendidikan muatan lokal. Anak-anak wajib mengamalkan nilai luhur Pancasila mulai dari kelas Paud hingga SMA,” tutupnya. (NK).