Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyayangkan terjadinya dua kluster penyebaran Covid-19 di Kabupaten Sleman. Kluster pertama terjadi pada tanggal 30 Maret lalu di Blekik, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik. Sebanyak 44 warga positif usai melayat/takziah. Kluster kedua dari kerumunan takziah juga terjadi di Plalangan, Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman. Dari kasus ini total ada 36 orang positif Covid-19,
“Saya hanya berharap bagaimana Sleman itu makin ketat. Mengetati dalam arti pengawasan untuk tidak berkerumun. Ya sering seenaknya sendiri,” ujar Sultan HB X, baru-baru ini.
Menurut Gubernur, masyarakat di Kabupaten Sleman memang relatif lebih abai dengan protokol kesehatan. Bahkan, sebelumnya banyak warga yang mengadakan pesta pernikahan sembunyi-sembunyi saat hajatan masih dilarang.
“Jadi saya mohon Sleman itu pemerintah kabupatennya memperhatikan mobilitas masyarakat. Tidak seenaknya sendiri, disiplin harus diterapkan,” katanya.
Pernyataan Gubernur DIY diamini oleh mitra kerjanya di legislatif. Adalah Widi Sutikno, Anggota DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta yang mendukung pernyataan Sri Sultan agar pengawasan di Sleman lebih ketat.
“Karena bagaimana pun juga pandemi Covid-19 ini belum berakhir. Saya mendukung Gubernur agar jajaran Pemprov dan Pemkab mengawasi lebih ketat sehingga sebaran Covid di Sleman dapat dikendalikan,” tegas Widi.
Politisi Partai NasDem itu menilai seharusnya penularan itu dapat diantisipasi dengan kesadaran sosial. Modal itulah yang dapat mengubah masyarakat. Caranya dengan pendekatan edukasi maupun cara regulasi.
“Dengan kesadaran sosial, pencegahan covid menjadi adalah tanggung jawab bersama. Pemkab wajib menerjunkan satgasnya. Bila perlu razia yang lebih masif mengurai kerumunan. Tetapi masyarakatnya harus disiplin. Tidak boleh kendor, saling menjaga, saling melindungi,” kata anggota Komisi B itu. (AU).
